Wednesday, October 22, 2008

>>PERANAN PEMUDA DALAM GERAKAN DAKWAH


Saya selalu merasa sangat bergembira sekiranya bertemu dan harus bercakap di hadapan para pemuda. Ini semua menandakan bahawa pemuda tetap bersemangat dan serius, kerana setiap gerakan yang berhasil pasti memiliki kemahuan yang kuat, harapan yang jauh ke depan, dan orientasi yang jelas serta terarah terutama di barisan pemudanya.

Kekuatan moral dan spiritual menjadi modal utama dan pertama dalam setiap pergerakan. Mungkin saja landasan moral dan spiritual sebuah pergerakan salah atau bathil, tetapi pasti punya semangat. Apatah lagi kita yang mempunyai landasan moral dan spiritual yang benar, bersumber dari petunjuk Allah Ta’ala. Kekuatan moral dan spiritual yang benar akan menghasilkan azam dan iradah qawiyah. Bahkan, orang akan menjadi muda selamanya dan bergairah terus, jika bergerak atas landasan moral dan spiritual yang benar. Alhamdulillah, kita telah diberikan kurnia itu oleh Yang Maha kuasa.


Modal kedua ialah kemampuan intelektual. Allah sangat merangsang manusia melalui ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan: ‘afala ta’qilun, ‘afala yatafakkarun, dan lain-lain. Menurut penelitian, otak manusia yang terpakai hanya 5% dari volume otak yang sebenarnya. Apalagi otak manusia yang mungkin tidak mencapai batas maksimal itu. Bayangkan, jika kemampuan otak itu ditambah dengan kekuatan pendidikan (tarbiyah) yang kita jalankan, bagaimana hasilnya. Menurut catatan, anggota gerakan 70% adalah para sarjana yang diberi petunjuk dan kemudahan oleh Allah untuk bergabung dalam jamaah dakwah, itu melebihi kualiti kelompok masyarakat pada umumnya.


Modal ketiga adalah ideologi atau idealisme yang dengannya kita mempunya visi dan misi perjuangan yang jelas. Ini juga merupakan kurniaan Allah kepada kita berupa pemikiran yang sempurna, boleh memiliki pandangan jauh ke depan, walaupun pada masa-masa sukar. Kita selalu menjadi barisan pelopor dan perintis dalam menjelaskan ideologi.


Modal keempat adalah manhaj atau metodologi. Allah tidak hanya memberikan perintah saja, melainkan juga konsep dan landasan operasional. Solat dan haji memang diperintahkan oleh Allah, tetapi dalam pelaksanaannya Allah mencontohkan melalui tindakan Rasulullah. Dalam berjuang dan berjihad pun harus mengikuti Rasul, tidak membelot, tapi memahami dan mengetahui maksudnya. Qudwah kepada Rasul merupakan ketaatan, bukan hanya sekadar kewajipan, kerana tanpa Rasul, maka ajaran Islam tak boleh dijalankan. Rasulullah-lah yang mencontohkan kepada kita, bagaimana dakwah yang jelas, terarah dan sistematik.


Modal kelima adalah kefitrahan. Dinul Islam itulah modal besar, kerana sesuai dengan fitrah manusia, tidak bercanggah dengan kultur manusia, binatang, dan ekosistem. Bahkan, Allah menegaskan bahawa semua makhluk itu adalah junud (tentera) Allah. Maksudnya, kita harus yakin bahwa pergerakan yang bertentangan dengan fitrah manusia adalah bertentangan dengan kehendak Allah, kerana semuanya bergerak dalam suasana dan irama yang sama. Semuanya bertasbih kepada Allah. Jika perjuangan Islam seiring dengan perjuangan alam (universe), maka perjuangan itu akan berhasil. Pohon dan tumbuhan, binatang, cuaca, gejala alam semuanya menjadi teman-teman perjuangan kita. Berjuang tanpa fitrah alam akan gagal, kerana hukum itu bersifat baku dan tetap sepanjang zaman. Ini adalah modal yang sangat besar, walaupun kita tidak merasakannya. Padahal, bantuan Allah lewat alam (nature) itu sangat banyak. Contohnya, bekerja dalam hujan, tetapi tidak masuk angin, malah hujan itu menjadi penyegar. Bahkan, semuanya itu untuk mengukuhkan, jika kita berstatus juga sebagai Jundullah. Caranya, sesuaikanlah sifat jundiyah kita dengan jundiyah angin, binatang, pohon, dan lain-lain.
Rasulullah sering dibantu oleh para jundi alam ini: tumbuhan, binatang, cuaca, dan sebagainya. Bahkan, karamah para sahabat dalam perang Qadisiyah, ketika mereka menyeberang sungai sambil berkata: “Wahai air, kita sama-sama jundullah, bantulah kami kerana sedang melaksanakan tugas”. Akhirnya, air yang dalam dan deras itu menjadi cetek dan tenang untuk dilewati.


Modal keenam adalah modal institusional. Kerja kita adalah kerja jama’ah yang mana ramai orang tidak melakukannya. Kita memperoleh banyak pendokong dari proses jama’i ini, seperti thawashau bil haq dan thawashau bis shobri. Itu hanya boleh dilakukan dengan jamaah, kerana saling mengingatkan itu diperlukan dalam gerakan agar tidak tergelincir. Ba’duhum awliya’u ba’din. Kritik dan peringatan itu perlu. Kita sedih menyaksikan ada pejabat tinggi pemerintah yang tidak mahu dinasihati salah seorang ikhwah. Padahal kita hanya ingin menyelamatkan umat, bukan memperlekeh jabatan. Tetapi, pejabat tersebut setelah menduduki posisinya justeru kesenangan dan tidak mahu diadu oleh cadangan-cadangan yang berguna bagi umat.
Itu semua hanya boleh dilakukan dalam proses institusionalisasi, ketika tantangan dakwah berat dan sulit. Ada tawashau bil haq wa bis shobri, sehingga menimbulkan daya tahan (QS Ali Imran: 157). Wa ma dla’ufu wa ma istakanu (mereka tidak lemah dan tidak menyerah). Juga dilengkapi dengan tawashau bil marhamah. Tatkala seseorang mendapat musibah dan menderita, maka orang tersebut tidak sendirian, tetapi bersama-sama dengan banyak orang, sehingga potensinya tidak merudum.


Modal ketujuh bersifat material. Sebenarnya Allah telah banyak memberikan modal material kepada kita berupa alam semesta beserta segala isinya, tetapi mungkin kita belum boleh mampu gunakannya. Bahkan, dalam al Qur’an surat al Hajj ayat 31, Allah berfirman: “Telah Aku datangkan segala apa yang kamu kerjakan, wa in ta’uddu ni’matallah laa tuhsuha”. Kerana kezaliman dan ketidakprofesionalan sikap kita, sehingga tidak memiliki daya inovatif dan kreatif untuk memanfaatkannya. Menyedari dan mensyukuri nikmat Allah itu penting. Bagaimana nikmatnya udara, sehari kurang lebih 350 kilogram kita menggunakan oksigen untuk tubuh kita, seperlima diantaranya dipakai oleh otak.Wallahu A'lam.(dakwahinfo)

No comments: